“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(QS.
Ali Imron : 110).
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk,”
(QS An-Nahl [16]: 125).
(QS An-Nahl [16]: 125).
Kurang lebih lima ratus tahun yang lalu
walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau Jawa, maka dalam
masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha,
maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisoongo mempunyai semboyan
yang terekam hingga saat ini adalah :
1. Ngluruk
Tanpo Wadyo Bolo /
Tanpa pasukan
Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan.
Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan.
2. Mabur
Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap
Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak.
Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak.
3. Mletik
Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki
Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan.
Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan.
4. Senjoto
Kalimosodo/Bersenjatakan Kalimat Syahadat
Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT.
Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT.
5. Digdoyo
Tanpo Aji/Digdaya tanpa senjata
Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata.
Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata.
6. Perang
Tanpo tanding/Berperang tanpa bertanding
Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini.
Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini.
7. Menang
Tanpo Ngesorake/Menang tanpa merendahkan pihak
lain
Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya.
Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya.
8. Mulyo
Tanpo Punggowo/Mulya tanpa jabatan atau
kedudukan
Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan.
Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan.
9. Sugih
Tanpo Bondo/Kaya tanpa harta
Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia.
Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia.
Semboyan seperti diatas sudah banyak
dilupakan umat Islam masa kini. Pesan-pesan atau nasehat Walisongo sangat
banyak sekali, di antaranya pesan Sunan Kalijogo dalam seratnya, antara
lain adalah :
1. Yen kali wis ilang
kedunge
2. Yen pasar wis ilang kumandange
3. Yen wong wadon wis ilang wirange, mulo
4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi
2. Yen pasar wis ilang kumandange
3. Yen wong wadon wis ilang wirange, mulo
4. Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi
Artinya : Apabila sungai sudah kering,
pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari
desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu
hikmah) dari Allah SWT. Maksudnya, kita diperintahkan segeralah berdakwah,
karena bila hal tersebut telah terjadi di masyarakat kita, berarti masyarakat
kita sudah jauh dari agama.
Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai
sifat-sifat diantaranya :
1. Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih
sayang
2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT
3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan
4. Semangat berkorban harta dan jiwa
5. Selau memperbaiki diri
6. Mencari ridho Allah SWT
7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan
8. Sabar menjalani kesulitan
9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT
10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha
11. Istiqomah seperti unta
12. Tawadhu seperti bumi
13. Tegar seperti gunung
14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit.
15. Berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.
2. Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT
3. Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan
4. Semangat berkorban harta dan jiwa
5. Selau memperbaiki diri
6. Mencari ridho Allah SWT
7. Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan
8. Sabar menjalani kesulitan
9. Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT
10. Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha
11. Istiqomah seperti unta
12. Tawadhu seperti bumi
13. Tegar seperti gunung
14. Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit.
15. Berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.
Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi
Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela
meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari
hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho
Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan di dunia
dan akherat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan
lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti
sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen.
Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus
kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi
pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah
SWT.
wallaahu a’lam bish-showab…
*) dinukil dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar